Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon selama lebih-kurang 25 menit
pada Senin, 30 Januari 2017, Turnbull menjelaskan, Trump akan
menghormati kesepakatan yang dibuat pendahulunya, Barack Obama.
Pada November 2016, Canberra menandatangani kesepakatan dengan
pemerintah Obama untuk mengatasi permasalahan bagi sekitar 1.600 manusia
perahu dari pusat-pusat penampungan pengungsi di Nauru dan Papua
Nugini.
Amerika akan membangun permukiman bagi para pengungsi di Pulau Manus dan
Nauru setelah para pejabat meneliti aplikasi dan melakukan pemeriksaan
keamanan. Dalam rencananya, pemindahan akan berlangsung awal tahun ini
dengan tidak merinci jumlah pastinya.
Sebelumnya, muncul
kekhawatiran Trump akan membatalkan kesepakatan yang dibuat Obama
tentang pemindahan para pengungsi dari Nauru dan Papua Nugini ke wilayah
Amerika.
"Kami juga membahas penataan permukiman kembali
pengungsi dari Nauru dan Manus dan saya berterima kasih kepada Presiden
Trump untuk komitmennya menghormati perjanjian yang ada," kata Turnbull,
seperti yang dilansir Sydney Morning Herald pada 30 Januari 2017.
Turnbull menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang
kesepakatan itu, dan mengatakan pihak berwenang Amerika akan melakukan
pemeriksaan terhadap para pengungsi di pulau-pulau tersebut.
Selain itu, Turnbull mengeluarkan pernyataan bahwa Australia menolak
untuk bergabung dengan pimpinan dunia lainnya dengan tujuan mengecam
larangan perjalanan Trump. Dia mengatakan bahwa itu sepenuhnya
kewenangan Amerika Serikat dan tak akan mencampuri kedaulatan negara
lain.
SYDNEY MORNING HERALD | NEWS.COM.AU | YON DEMA